Ghiga: Pewaris Takdir Leluhur Session 1 Bagian 15

 Kembali ke Surabaya, Ghiga mencoba untuk memulihkan diri setelah pertempuran di Gunung Penanggungan. Bersama Maya, Arman, dan Ki Harjo, ia mulai menyusun strategi untuk menghadapi kemungkinan serangan berikutnya dari Baskara. Namun, ancaman kali ini lebih rumit—musuh tidak lagi menyerang secara fisik, melainkan melalui dunia maya.  


Ghiga menemukan jaringan teknologi rumahnya diretas. Data tentang lokasi-lokasi pusaka leluhur yang tersimpan di laptopnya telah dicuri. “Baskara semakin berbahaya,” kata Ghiga sambil mengecek sistemnya. “Dia mencoba menguasai pusaka-pusaka lain yang mungkin masih tersebar di Jawa.”  


“Apa yang dia rencanakan dengan semua pusaka itu?” tanya Maya.  


“Jika dia mengumpulkan semuanya, ada kemungkinan dia dapat menciptakan senjata atau teknologi yang mampu menguasai energi Alam Jagat Lintang,” jawab Ghiga. “Ini lebih dari sekadar perebutan kekuasaan; dia ingin mengendalikan dunia.”  


Serangan Digital  

Ghiga segera menyusup ke jaringan Sang Kala Teknokrat, organisasi rahasia yang dipimpin Baskara. Namun, serangannya dibalas dengan brutal oleh tim teknologi Baskara. Sistem komputer Ghiga diserang dengan virus canggih, membuatnya hampir kehilangan kendali atas jaringannya.  


“Ghiga, kamu harus keluar sekarang!” seru Arman.  


“Tunggu, aku hampir menemukan lokasi server utama mereka!” balas Ghiga, jemarinya mengetik cepat di keyboard.  


Di saat-saat terakhir, Ghiga berhasil menyalin data penting sebelum komputernya meledak karena serangan virus.  


“Gotcha,” kata Ghiga sambil tersenyum. “Aku tahu di mana server utama mereka berada.”  


Lokasi itu ternyata sebuah gedung pencakar langit di tengah kota Surabaya, yang tampak seperti kantor perusahaan biasa. Namun, di dalamnya tersembunyi markas utama Sang Kala Teknokrat.  


Misi Penyerbuan  

Ghiga dan kelompoknya memutuskan untuk menyusup ke gedung tersebut. Dengan menggunakan teknologi dan strategi yang cerdas, mereka berhasil masuk ke gedung tanpa terdeteksi.  


Namun, di dalam gedung, mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan. Ruangan-ruangan penuh dengan peralatan canggih, tetapi juga ada sel-sel penjara yang menahan orang-orang yang pernah mencoba melawan Baskara.  


Salah satu tahanan itu adalah seorang wanita tua yang mengenakan pakaian adat Jawa. Ia mengaku sebagai salah satu penjaga pusaka leluhur lainnya.  


“Baskara menculik kami satu per satu,” kata wanita itu. “Dia ingin memaksa kami membuka rahasia setiap pusaka yang kami jaga. Tapi aku tidak menyerah.”  


Ghiga berjanji untuk membebaskan semua tahanan dan menghentikan Baskara.  


Pengkhianatan di Tengah Misi  

Di saat mereka hampir mencapai server utama, kelompok Ghiga dikejutkan oleh tindakan Arman.  


“Maaf, bro,” kata Arman dengan nada dingin, sambil mengarahkan pistol ke Ghiga. “Aku harus melakukan ini. Aku tidak punya pilihan.”  


Ghiga tertegun. “Arman... ini nggak mungkin. Kamu bilang sudah berubah.”  


“Aku memang berubah,” balas Arman. “Tapi Baskara mengancam keluargaku. Kalau aku tidak membantu dia, mereka akan mati.”  


Arman menyerahkan lokasi kelompok Ghiga kepada pihak keamanan gedung, menyebabkan alarm berbunyi. Tim keamanan Baskara segera mengepung mereka, memaksa Ghiga dan Maya untuk bertarung mati-matian.  


Melawan Waktu  

Di tengah kekacauan, Maya mencoba mengakses server utama sementara Ghiga melindunginya dari serangan tim keamanan.  


“Ghiga, aku butuh waktu lima menit lagi!” teriak Maya.  


“Kita nggak punya lima menit!” balas Ghiga sambil melumpuhkan salah satu penjaga.  


Ketika keadaan semakin mendesak, Ki Harjo muncul dan membantu mereka melawan para penjaga. Dengan keberanian yang luar biasa, Ki Harjo menahan para penjaga untuk memberi waktu bagi Ghiga dan Maya.  


Akhirnya, Maya berhasil mengunduh data dari server utama dan merusaknya sehingga jaringan Baskara lumpuh sementara.  


Pelarian yang Berat  

Mereka berhasil melarikan diri, tetapi tidak tanpa kehilangan. Ki Harjo terluka parah dalam pertempuran itu.  


“Jangan pikirkan aku,” kata Ki Harjo dengan napas tersengal. “Yang penting kalian berhasil menghentikan Baskara.”  


Ghiga merasa bersalah atas pengorbanan Ki Harjo. “Aku janji, perjuangan ini nggak akan sia-sia.”  


Bagian ini diakhiri dengan Ghiga memutuskan untuk melanjutkan perjuangan melawan Baskara, meskipun pengkhianatan Arman meninggalkan luka mendalam di hatinya.