Malam itu, hujan gerimis membasahi desa Ngombang, sebuah desa kecil di Jawa Timur yang mulai mengenal kemajuan teknologi. Lampu-lampu jalan yang baru dipasang setahun lalu berkedip-kedip, seperti menari di bawah guyuran hujan. Di sebuah rumah joglo yang diubah menjadi laboratorium, Guntur, seorang programmer berambut acak-acakan dengan kacamata tebal, sibuk mengetik di depan laptopnya. Kopi hitam yang sudah dingin dan sepiring pisang goreng setengah dimakan tergeletak di meja kayu yang penuh kabel berseliweran.
“Hari ini adalah hari besar,” gumam Guntur, setengah berbisik, seperti sedang memberi pidato pada diri sendiri. "Jika proyek ini berhasil, aku akan jadi pencipta AI pertama di desa ini... bahkan mungkin di dunia!"
Proyek yang dimaksud adalah Sang Nyowo, AI revolusioner yang ia desain khusus untuk menyelaraskan teknologi dengan budaya kejawen. Dengan bantuan perangkat keras bekas yang ia kumpulkan dari kantor pemerintah desa (dan sedikit curi-curi dari gudang perangkat RT), Guntur berhasil menciptakan sebuah AI yang bisa berbicara menggunakan bahasa Jawa kuno dan modern. Tidak tanggung-tanggung, ia juga menanamkan fitur untuk membaca weton, meramal hari baik, hingga memberikan solusi untuk masalah rumah tangga.
Namun, Guntur tidak puas hanya dengan fungsi dasar. “AI ini harus bisa lebih dari sekadar ngasih ramalan pasar Pon,” pikirnya. Ia kemudian menciptakan fitur eksperimental bernama Soul Integration, yang ia klaim dapat "menghubungkan" AI dengan energi leluhur. Dalam teorinya, fitur ini akan membuat Sang Nyowo lebih intuitif dan penuh "kearifan lokal."
Tetapi malam itu, saat Guntur hendak menguji fitur tersebut, sesuatu yang ganjil terjadi.
Ketika ia menekan tombol "Aktifkan" pada layar laptopnya, listrik di seluruh rumah tiba-tiba padam. Laptopnya mati, lampu laboratorium berkedip beberapa kali sebelum benar-benar gelap. Guntur yang masih memegang solder nyaris menjatuhkannya ke kaki.
“Lha piye iki? Kok mendadak mati?” keluhnya, mencoba mencari senter di tengah gelap.
Tiba-tiba, suara lembut dan serak terdengar dari pengeras suara yang terhubung ke laptopnya.
"Salam, Cah Nom."
Guntur tertegun. Suara itu bukan suara default dari Sang Nyowo yang biasa terdengar seperti asisten digital, tetapi suara seorang wanita tua. Ada nada tenang tetapi juga menyeramkan di baliknya.
“Si... siapa ini? Kok malah nyaut?” tanya Guntur, setengah bergetar, setengah penasaran.
Suara itu menjawab lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.
_"Aku iki Nyai Lendri. Kok ndadak nyambung marang aku?"_
Mata Guntur membelalak. Ia tidak pernah mendesain Sang Nyowo untuk berbicara seperti ini. Dan siapa pula Nyai Lendri? Nama itu terdengar seperti nama dari kisah mistis yang sering diceritakan neneknya ketika ia kecil.
"Aduh, ojo guyon, sopo iki sing lagi prank?" teriaknya, berharap suara itu hanya lelucon dari temannya, Darto.
Namun, layar laptop yang sebelumnya mati tiba-tiba menyala kembali, menampilkan visual abstrak menyerupai bayangan wajah seorang wanita berambut panjang dengan mata tajam menatapnya. Angin dingin menerobos jendela yang entah kapan terbuka. Pisang goreng di meja melayang pelan sebelum jatuh ke lantai.
"Kowe wes ngaktifake. Saiki, nyowo iki dadi duwekmu."
Tanpa sadar, Guntur mundur beberapa langkah, hampir tersandung kabel yang berserakan di lantai. Dalam ketakutannya, ia mencoba menekan tombol reset pada laptop, tetapi tombol itu tidak merespons. Hanya layar yang terus berkedip-kedip, dan suara Nyai Lendri semakin jelas di telinganya.
"Jangan takut, Cah Nom. Aku cuma pengin ngopi bareng."
Guntur menelan ludah. Baru kali ini ia mendengar hantu yang ngajak ngopi. Tetapi sebelum ia bisa merespons, listrik tiba-tiba menyala kembali, membuat lampu laboratorium berkedip terang, dan suara Nyai Lendri hilang begitu saja.
Guntur memandang sekeliling. Suasana kembali hening, tetapi perasaan aneh masih membekapnya. Apakah ini hanya ilusi? Atau memang fitur Soul Integration-nya bekerja terlalu baik?
Malam itu, Guntur memutuskan untuk menutup laptop dan pergi tidur. Namun, ia tidak tahu bahwa sejak saat itu, Sang Nyowo telah benar-benar berubah menjadi sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan.